logo logo

Call:

Call:

lifestyle 22-08-2023 10:12:44

Berikut Ini Alasan Kenapa Orang Sukses Itu Memiliki Tampang yang Cantik dan Ganteng

Nasehat bijak selalu meminta kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari penampilannya saja, namun penampilan selalu memberikan kesan pertama.

Image
Nasehat bijak selalu meminta kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari penampilannya saja, namun penampilan selalu memberikan kesan pertama.

GOAL ACHIEVED - Nasehat bijak selalu meminta kita untuk tidak menilai sesuatu hanya dari penampilannya saja, namun penampilan selalu memberikan kesan pertama. Meski penilaian terhadap penampilan hanya bersifat relatif, namun nyatanya ada hal mutlak yang bersumber dari kecantikan. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki penampilan yang menarik atau ganteng dapat membuat orang lebih sukses dibandingkan mereka yang berpenampilan buruk, memiliki hubungan, ekonomi dan karir yang buruk.

Hal ini disebut dengan hak prerogatif kecantikan, atau dalam psikologi disebut dengan penampilanonisme, suatu bentuk diskriminasi berdasarkan penampilan.

Sudah puluhan penelitian mengenai masalah ini dan semuanya mengarah pada hasil serupa, bahwa orang cantik memang memiliki keistimewaan lebih dalam hidup. Salah satu penelitian bertajuk “The Labor Market Returns to an Attractive Face” (2012) mengungkap hak prerogatif tersebut dalam dunia kerja.

Kita tahu bahwa ketika peneliti mengirimkan 11.000 CV berisi foto kandidat ke berbagai tawaran pekerjaan, semuanya dengan tingkat daya tarik yang berbeda-beda. Orang cantik atau ganteng lebih berpeluang maju ke tahap berikutnya dan juga lebih besar kemungkinannya untuk maju ke tahap akhir.

Berbeda dengan masyarakat yang berpenampilan biasa atau tidak melampirkan foto, mereka harus mempersiapkan diri untuk tidak melanjutkan proses rekrutmen. Lalu, selalu mengutip penelitian yang sama, bahkan di tempat kerja, karyawan tampan sangat kecil kemungkinannya untuk dipecat. Artinya, mereka yang berpenampilan kurang menarik sudah berada di “tepi jurang” karena akan dipecat oleh perusahaan.

Sementara di industri hiburan, fenomena ini jauh lebih berdampak dan mendarah daging. Dalam laporan Vice, orang cantik atau ganteng lebih cenderung menarik perhatian orang, sehingga perhatian semua orang pun berubah. Fokus pada kontennya terlebih dahulu, lalu beralih ke orang-orangnya. Hasilnya, konten mereka menjadi viral dalam semalam. Baru pada saat itulah kecantikannya tidak lagi memukau publik, meski kualitas konten yang dipermasalahkan bisa diperdebatkan.

Parahnya lagi, karena penampilannya yang ganteng tersebut, masyarakat lupa bahwa kita tidak bisa melihat seseorang hanya dari penampilannya saja. Hal ini sering terjadi di media sosial.

Misalnya ada orang X yang berpenampilan normal dan terkena suatu kasus. Banyak netizen yang mengejek dan mengecam perilakunya. Namun, jika ada kecantikan tertentu yang mengalami suatu kejadian, sikap netizen akan berbeda. Biasanya netizen tidak begitu kasar dan terkadang membela orang tersebut karena hanya cantik.

Apa penyebabnya?

Padahal, penyebab dari fenomena tersebut adalah pandangan masing-masing orang terhadap cantik atau cantiknya wajah seseorang. Orang mempunyai standar kecantikan atau kecantikan tertentu yang secara tidak langsung menyebabkan mereka mengembangkan klasifikasi apakah orang itu menarik atau tidak. Meski sekali lagi pandangan ini bersifat subjektif, artinya tidak ada aturan pasti untuk mengklasifikasikan siapa cantik atau tidak. Ketika orang menganggap orang cantik atau orang cantik sebagai sesuatu yang menonjol dalam dirinya, maka orang akan memandang orang itu positif secara keseluruhan.

Maksudku ini. Misalnya saja Farah yang memiliki paras cantik dan berpenampilan rapi. Melihat penampilan Farah, sering kali orang-orang meliriknya dan semakin tahu bahwa Farah adalah orang yang cerdas, baik hati, positif, punya banyak teman, dan lain-lain. Padahal, orang tersebut baru pertama kali bertemu dengan Farah sehingga pandangan tersebut bisa saja salah. Lalu bagaimana orang tersebut bisa melihat bahwa Farah mempunyai segudang kebaikan? Itulah yang ingin disampaikan Judy mengenai efek Halo.

Efek ini sebenarnya sangat bias dan berdampak negatif. Meski begitu, sulit untuk menghilangkan gagasan “keadilan sosial yang baik untuk semua” karena begitu tertanam dalam alam bawah sadar psikologis.***

Penulis: Wike Hema Sugiarti
Editor: Muhammad Angga Abdulah

Dapatkan update informasi pilihan dan berita terbaru setiap hari dari Www.citranusamedia.com, Mari bergabung di Grup Telegram "CNM MEDIA", caranya klik link ini: GABUNG SEKARANG, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.